Minggu, 14 Januari 2018

Kejernihan 1, 2, 3, & 4.
Oleh ARIF SYAHERTIAN

1
Ada saatnya bahagia. Tapi ada was-was juga. Tak mudah menghadapi was-was; mereka tahu rumitnya, bahkan imbasnya. Mungkin mereka pernah dicakar oleh trauma yang buas, tapi tak selalu jelas.

2
Memang menyedihkan jika ada hal yang takkan hilang digilas waktu. Di saat seperti itu, jalan terbaik adalah menerima, dengan lapang dada.
Saya melihat video akan sebuah grup band kesukaan saya; saat sang vokalis menyanyi, muncul seorang lelaki dari kerumunan penonton. Ia naik ke atas panggung dan turun. Singkatnya, ia naik lagi dan meludah tepat di wajah penyanyi itu, yang segera membersihkan ludah dan menyingkirkan si pengganggu, sambil tersenyum.
Tapi musik terus berjalan. Mereka tak bertengkar dan tak ada kericuhan. Itu terjadi di Amerika Serikat.
Pada akhirnya, saya lega; Ternyata mereka sudah saling mengenal.
Dengan demikian, tidakkah mungkin sang vokalis secara tak langsung mengingatkan bahwa kadang persoalan hidup tak harus selalu ditanggapi serius?
Dengan kata lain, bukankah kadang gangguan harus diterima begitu saja, sesekali sambil tersenyum dan tertawa, dengan lapang dada?

3
Saya bayangkan sesosok mayat tergeletak di depan sebuah rumah--di malam hari. Sunyi; selain suara jangkrik dan dedaunan yang gugur tersapu angin. Yang pertama menemukan adalah seorang pria muda--teman dekat si mayat. Ia kaget dan terguncang, layaknya Mary yang tak bisa mengendalikan diri saat melihat mayat gadis berambut pirang, di perpustakaan milik Kolonel Bantry--dalam salah satu novel milik Agatha Christie. Tak ada asap tanpa api, pikir pria muda itu.
Maka ia mengikuti asapnya. Tanpa mundur sedikit pun ia masuk rumahnya, menantang bahaya, menghadapi jebakan, dan bilang, meminjam kalimat Ray Archer dalam film Hangman (2017), "persetan dengan bom."
Jika itu terjadi di dunia nyata, bukan di film, maka ia telah bertindak nekat. Ia seharusnya menghubungi pihak yang berwajib--dan bukan mengatasinya seorang diri.

4
Diam! Ada saatnya berhenti berbicara.
Прво скочи па реци хоп. ( Prvo skoči pa reci hop.) Melaksanakan tugas lebih dulu, kemudian membicarakannya. Arti kalimat cyrilic tersebut punya relevansi dengan kondisi sekarang ini; Saat kita mendengarkan untuk membantah, saat kita belajar hanya untuk mendebat--dan bukan untuk melaksanakan, bukan untuk memahami, atau bukan pula untuk memperkuat jiwa dan diri.

Catatan:
Kejernihan adalah kumpulan tulisan pendek saya, yang belum tentu berkaitan satu sama lain. Dan mereka bukanlah kumpulan puisi. Saya menyebut tiap tulisan di atas sebagai 'Clarity'. Saya ucapkan terima kasih untuk para pembaca. Semoga bermanfaat!
- ARIF SYAHERTIAN

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

#1 Book Review

Kali ini saya akan mulai menulis sebuah resensi. Sebagai permulaan, saya akan memilih salah satu buku langka di Indonesia, kesukaan saya, ka...